1. Berfikir seri- IQ : Yang menanggap “berfikir” sebagai aktivitas yang linier, logis, dan tak melibatkan perasaan tidaklah keliru. Jalur saraf belajar yang telah ditetapkan, sesuai dengan aturan logika formal.
2. Berfikir Asosiatif- EQ : Jenis pemikiran ini membantu kita menciptakan asosiatif antarhal, misalnya, antara rasa lapar dan nasi, antara rumah dan kenyamanan, antara ibu dan cinta. Yang mendasari sebagian besar kecerdasan emosional murni- kaitan antara satu emosi dan yang lain, antara emosi dan gejala tubuh, antara emosi dan lingkungan sekitarnya. Cara “berfikir” ini menggunakan hati dan tubuh.
3. Berfikir Unitif( menyatukan)- SQ : Manusia adalah makhluk berkesadaran. Kita sadar akan pengalaman kita, dan sadar akan kesadaran kita. Kita merespon pengalaman tertentu dengan tangis dan tawa, dengan duka atau canda. Meskipun telah “diprogram”melalui aturan yang kita pelajari, dan telah membentuk kebiasaan melalui asosiasi di sepanjang hidup kita, kita tetaplah mempunyai kebebasan. Jika bertekad mempunyai komitmen dan energi, kita dapat mengubah aturan dan kebiasaan itu. Kita dapat melakukan semua itu karena mempunyai jenis berfikir ynag bersifat kreatif, berwawasan dalam, dan intuitif. Satu kemampuan lain yang dimiliki manusia pada umumnya adalah rasa akan kesatuan (keutuhan) dalam menangkap suatu situasi atau dalam melakukan reaksi terhadapnya. Pemahaman itu bersifat holistik yaitu kemampuan untuk menangkap seluruh konteks yang mengaitkan antar unsur yang terlibat. Kemampuan kontekstual inilah yang tidak dimiliki oleh skizofrenia; mereka tidak mampu mengutuhkan pengalamannya, sehingga tidak dapat merespon pengalaman secara tepat.
0 komentar:
Posting Komentar