Pertama, makna kita temukan ketika kita menemukan diri kita (self discovery). Sa’id, penyair besar Iran, pernah kehilangan sepatunya di Masjid Damaskus. Ketika dia sedang bersungut-sungut meledakkan kejengkelannya, dia melihat seorang penceramah yang berbicaraq dengan senyum ceria. Tampak dalam perhatiannya bahwa penceramah itu patah kedua kakinya. Tiba-tiba, dia disadarkan. Segala kejengkelannya mencair. Dia sedih kehilangan sepatu padahal di sini ada orang yang tertawa ria walaupun kehilangan kedua kakinya.
Kedua, makna muncul ketika kita menentukan pilihan. Hidup menjadi tanpa makna kita terjebak dalam satu keadaan; ketika kita tidak dapat memilih. Seorang eksekutif pindah dari Bandung ke Jakarta. Dia mendapat posisi yang sangat baik dengan gaji yang berlimpah. Akan tetapi, di juga kehilangan waktu untuk berkencan dengan keluarga dan anak-anaknya. Pada suatu hari, dia beridi di depan rapat pimpinan dan menyatakan mengundurkan diri. Saat itu, dia merasakan kebahagiaan menemukan kembali makna hidupnya.
Ketiga, makna ditemukan ketika kita mersakan istimewa, unik, dan tak tergantikan oleh orang lain. “Aku senang bersama cucuku,” kata seorang kakek. “Cucuku suka mengatakan ‘Ikuti aku, Opa’ dan aku menuruti semua kemauannya. Tidak dapat seorang yang dapat melakukan itu baginya. Ibunya juga tidak karena terlalu sibuk. Carilah orang yang mendengarkan kita dengan penuh perhatian, kita akan merasa hidup kita bermakna.
Keempat, makna membersit dalam tanggung jawab. Ketika seorang perempuan yang berlibur ke Acapulco tanpa suaminya. Di sana dia berkenalan dengan seorang anak muda yang tampan. Dia jatuh pada rayuannya. Ketika sang pemuda mohon diizinkan untuk mengunjunginya di kamar hotelnya, perempuan itu menyutujuinya. Dia tidak pernah berselingkuh, tetapi dia sedang berpisah dengan suaminya sudah dua minggu. Ada hasrat seksual yang bergejolak. Dia menunggu pemuda itu dengan penuh gairah. Akan tetapi, ketika pemuda itu mengetuk pintu kamarnya, perempuan itu merasakan sengatan keras di jantungnya. Ketika ketukan pintunya itu makin keras, dia teringat suaminya. Dia memutuskan untuk tidak membuka pintu. “Lalu, “kata perempuan itu, “... aku mendengar langkah-langkah kakinya menjauh. Aku menegok dia lewat jendela. Ketika aku melihatnya pergi, aku mengalami perasaan bahagia yang paling intens dalam hidupku.”
Kelima, makna mencuat dalam situasi transendensi, gabungan dari keempat hal di atas. Ketika mentransendensikan diri kita, kita melihat seberkas diri kita yang aurentik, kita membuat pilihan, kita merasa istimewa, kita menegaskan tanggung jawab kita. Transendensi adalah pengalaman yang membawa kita ke luar dunia fisik, ke luar pengalaman kita yang biasa, ke luar suka dan duka kita, ke luar diri kita yang sekarang, ke konteks yang lebih luas. Pengalaman transendensi adalah pengalaman spiritual. Kita dihadpkan pada makna akhir ultimate meaning yang menyadarkan kita akan atursan agung yang mengatur alam semesta. Kita menjadi bagian penting dlam aturan ini.
0 komentar:
Posting Komentar